Senin, 19 Februari 2018

Pertanyaan Filosofis dan Jawabannya

Saya akan berusaha menjawab kelima pertanyaan Anda, yaitu:
  1. Siapakah Saya sebenarnya?
  2. Apa sajakah yang membentuk diri Saya?
  3. Semestinya Saya berada di mana?
  4. Saya diciptakan di dunia untuk apa?
  5. Bagaimana hubungan Saya dengan orang lain?
Namun, sebelum pertanyaan di atas saya jawab, saya perlu memberikan berkomentar tentang pertanyaan tersebut.

Pertanyaan filosofis merupakan bagian terpenting dari keseluruhan ranah berpikir filosofis.

Pertanyaan nomor satu menurut saya adalah pertanyaan yang cukup populer dalam dunia filsafat.

Di lain pihak, pertanyaan-pertanyaan lain merupakan pertanyaan yang sudah jarang dipertanyakan dalam dunia filsafat saat ini. Terlepas dari popularitas, bobot, dan tingkat kefilosofian dari kelima pertanyaan, saya tetap menghargai maksud Anda untuk bertanya.
Berikut adalah jawaban dari kelima pertanyaan itu:

Siapakah Saya sebenarnya?

Suatu ciri dari pertanyaan filosofis yang melekat pada jawaban pertanyaannya adalah jawaban pertanyaan tersebut tidak bisa dirangkai secara spontan layaknya merangkai huruf, kata, dan bait menjadi puisi. Dan salah satu pertanyaan filosofis yang membungkan sikap impulsif kita ketika hendak menjawab adalah pertanyaan mendasar tentang masalah eksistensi manusia: siapakah saya?
Menjawab “Siapakah Saya?” Dengan Bertanya “Siapakah Saya?” Kepada Orang Lain
Jujur saya tidak bisa berkata tidak tertarik kala menghadapi pertanyaan ini sekalipun selama ini saya selalu menyerahkan hak untuk menjawab pertanyaan ini kepada orang-orang terdekat saya. Agaknya saya masih memercayai orang lain untuk menjawab pertanyaan yang rumit ini.

Namun, kegalauan akan terasa di hati ketika saya menyadari bahwa saya-lah yang memilih orang-orang tersebut untuk menjawab pertanyaan ini untuk saya. Dengan kata lain, secara tidak langsung, saya-lah orang yang menjawab pertanyaan paling mendasar dalam lautan eksistensi manusia ini. Dengan demikian, menyerahkan jawaban pertanyaan siapakah saya? Kepada orang lain bukanlah suatu pilihan yang tepat untuk menjawab masalah filosofis ini.

Menjawab “Siapakah Saya?” Dengan Pendekatan Birokratis
Survey membuktikan bahwa pendekatan birokratis merupakan jawaban yang paling banyak dipilih oleh kita semua ketika dihadapkan kepada pertanyaan siapakah saya? Mengapa disebut pendekatan birokratis? Bagi saya itu hanya sekadar istilah yang mengingatkan kita kepada proses birokrasi yang kita jalani untuk menjawab pertanyaan siapakah saya? 

Lalu apa sebenarnya jawaban yang birokratis itu? Sederhana saja, bila saya ditanya siapakah saya? Maka saya akan menjawab: saya bernama X tinggal di Y anak dari Z. Ya, benar-benar jawaban yang lahir dari rentetan peristiwa birokrasi dan administrasi. Pembuatan akta kelahiran, KTP, SIM dan kartu identitas lainnya.

Menjawab “Siapakah Saya?” Dengan Analisis Filsafat Eksistensi

Melebihi semua variasi jawaban yang ditawarkan sebelumnya, menjawab pertanyaan siapakah saya? Dengan analisis filsafat eksistensi merupakan hal yang paling logis dan sekaligus – bagi saya – hal yang paling menarik. Saya sebut paling logis karena aliran filsafat ini memang didedikasikan untuk menjawab pertanyaan siapakah saya? Dan saya sebut paling menarik karena dengan pendekatan ala filsafat eksistensi, saya dapat mengorek diri saya seutuhnya hingga ke bagian terdalam diri yang tidak pernah terjamah.
jawaban seperti ini saya rasa, adalah jawaban yang baik. Siapakah saya? Saya adalah saya yang mengalami. Dengan kata lain, saya belum selesai, masih banyak hal yang belum saya lakukan. Siapakah saya? Saya adalah saya yang bertindak, bertindak, dan terus bertindak. Siapakah saya? Saya adalah pertumbuhan yang senantiasa dan harus selalu bertumbuh. Termasuk anda juga, Anda adalah Anda yang terus tumbuh.

Setelah pertanyaan ini terjawab Semoga Anda akan lebih semangat, dan pertanyaan ini sebenarnya untuk menghilangkan rasa malas.

Jika rasa malas masi tetap ada dengan membaca pertanyaan dan jawaban filosofis lanjutannya...

Atau bisa membaca kisah lain seperti kisah motivas atau percintaan karena kejujuran disini

Apa sajakah yang membentuk diri Saya?

Untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan ini, mau gak mau, saya harus berpikir tentang ilmu kimia. Dahulu kala, para filsuf-filsuf pertama yang berorientasi ke arah filsafat alam pernah berusaha menjawab pertanyaan ini. Dan bila saya bandingkan jawaban pertanyaan saya dengan jawaban para ahli kimia, jujur, saya lebih menaruh respek terhadap jawaban para ahli kimia. Oleh karenanya, saya mohon maaf bila kali ini saya menggunakan pendekatan kimiawi untuk menjawab pertanyaan ini.

Saya, Anda, kita semua, menurut ilmu kimia terdiri dari beberapa unsur dan senyawa dasar. Kita terdiri dari air yang cukup untuk mengisi satu botol sedang aqua, besi yang cukup untuk membuat satu buah paku berukuran sedang, karbon yang berguna untuk membuat beberapa lembar plastik dsb. Dan menurut estimasi ahli kimia, jika barang-barang yang dihasilkan dari unsur tersebut dihitung secara ekonomis. Maka harga total barang tadi atau harga total “tubuh kita” adalah 7.000 rupiah.

Oke, di sini, bisa saja saya menjawab pertanyaan terdiri dari unsur apa sajakah saya? Dengan bermodalkan postulasi-postulasi filsafat abad pertengahan yang digawangi Descrates yang sudah jauh lebih maju dengan jawaban para filsuf alam di awal kemunculan filsafat. Namun, kata unsur yang mulai diambil ranah eksistensi oleh bidang ilmu kimia menyurutkan niat saya untuk menjawabnya secara filosofis.

Semestinya Saya berada di mana?

Ajaran Agama mengajarkan bahwa kita akan mendapatkan apa yang kita lakukan atau dalam peribahasa kita akan menuai apa yang kita tanam.

Mendapatkan apa yang menjadi esensi kita. Bila yang kita lakukan baik/esensi kita baik maka balasan yang kita terima baik, dan sebaliknya.

Jadi untuk menjawab pertanyaan itu kalau menurut saya, Saya berada disini juga merupakan takdir yang harus disyukuri. Dan pertanyaan ini akan berhubungan ke pertanyaan berikutnya.

Saya diciptakan di dunia untuk apa?

Menurut saya, untuk pertanyaan ini ada hubungannya dengan:
pertama, Tuhan itu ada. Kedua, Tuhan yang menciptakan kita. Ketiga, tujuan kita diciptakan dimiliki oleh yang menciptakan kita, yaitu Tuhan.

Sampai pada syarat ketiga, secara sepihak, saya bisa saja menjawab kalau tujuan saya diciptakan adalah sepenuhnya berada di tangan Tuhan. Dan saya akan berkata: tujuan hidup saya mungkin bisa sama dengan tujuan saya diciptakan/tujuan Tuhan menciptakan saya, tetapi tetap saja dua hal tersebut adalah dua hal yang berbeda. Oleh karenanya, dengan tetap mempertahankan syarat di atas, saya menjawab kalau pertanyaan ini tidak bisa saya jawab [hanya Tuhan yang bisa menjawab].

Bagaimana hubungan Saya dengan Orang lain?

Untuk menjawab pertanyaan ini dengan membagi pertanyaan ini menjadi pertanyaan-pertanyaan kecil. Anda yang mengambil kesimpulan dari jawaban-jawabannya nanti.

Di mana Anda berinteraksi dengan sesama manusia?

Di ruang sosial. Ruang sosial itu terdiri dari berbagai tempat. Kadang-kadang saya berinteraksi dengan mereka di sekolah, di rumah, di lingkungan berumah tangga, dan masih banyak lagi.

Apa masing-masing wilayah punya ciri?

Tentu. Ciri-ciri itu memberikan saya opsi untuk berhubungan dengan orang dengan cara tertentu. Sederhananya, pilihan yang saya miliki untuk berhubungan dengan orang di sekolah berbeda dengan pilihan yang ada di rumah. Perbedaan pilihan inilah yang mengindikasikan bahwa setiap tempat memang punya ciri sendiri-sendiri.

Berarti tempat menentukan kualitas dan kuantitas hubungan?

Jawabannya YA. Karena kalau jawabannya tidak bagaimana mungkin saya bisa mencap kualitas jelek untuk tempat diskotik dan tempat hiburan malam. Dan juga saya selalu mengalami kuantitas hubungan yang pastinya akan berbeda dikarenakan perbedaan pilihan dan kualitas tempat itu sendiri.

Kalau demikian kita harus selalu mengikuti aturan yang ada di tempat tersebut?

aturan yang berada di suatu tempat memang menjadi sesuatu yang harus kita penuhi bila kita berada di ruang sosial. Tugas kita hanyalah menyelaraskan apa yang hendak kita lakukan dengan aturan tersebut.

Ruang sosial adalah tempat berhubungan, dan pastinya orang lain adalah objeknya?


Jangan pernah menyebut orang lain sebagai objek di hubungan sosial. Orang lain tentu penting dan ingin dianggap penting, sama saja dengan kita menganggap diri kita penting. Maka dari itu, ungkapkan saja hubungan dengan sesama manusia sebagai intersubjektivitas.

Minggu, 18 Februari 2018

Cara Sederhana Untuk Menghilangkan Rasa Malas

Untuk menghilangkan rasa malas memang ada banyak cara... banyak banget. Tapi mulai dengan cara yang sederhana lah, masak yang susah2 dulu...

Untuk cara yang pertama, awali dengan baca doa dulu, baca doa merupakan ungkapan rasa permohonan, syukur dan terima kasih kita kepada Sang Pencipta yang telah memberikan hidup ini. Baca doa yang sebaiknya dilakukan yaitu dengan sungguh-sungguh dan yakin dan ada banyak rasa syukur karena kita bisa memiliki keadaan seperti ini.

Baca doa dengan keyakinan yang tinggi akan menambahkan energi positif, yang juga menambah semangat dalam diri dan bisa menambahkan kepercayaan diri :)

Bukannya bagus tu, dengan doa kepercayaan diri jadi nambah juga, tidak cuma malas saja yang hilang hlo...    yang penting yakin dulu dan dijalanin, kalo ada yang punya pengalaman share dong tetang doa ini berbagi itu indah hlo...


Selanjutnya sesudah doa, belum-belum ke cuci muka :D soalnya itu butuh tenaga ekstra untuk yang mager banget tetapi bila sudah cuci muka paling enggak rasa malas berkurang akan tetapi ada tahapannya, cuci muka tidak hanya buat menghilangkan rasa malas saja hlo... ini manfaat lain dari cuci muka

biar energi positif bisa tambah kuat :) bisa juga dalam diri ingatin, "untuk apa aku hidup" haha mungkin terlalu dalam ya atau bisa juga disebut dengan pertanyaan filosofi kumpulan pertanyaan filosofi bisa dilihat disini....

Bila pertanyaan filosofi terlalu berat, bisa juga dengan mengingat atau membaca kisah motivasi salah satunya bisa dilihat disini.

Pertanyaan dalam seperti itu bisa juga hlo nambah energi positif, seperti "untuk apa aku hidup", "tujuan apa yang harus aku capai", "Aku ingin membanggakan orang tuaku, beliau udah capek kerja"

nah yang seperti itu juga bisa menambah energi positif kok :)

Dengan memikirkan orang yang disayangi juga bisa hlo, misal punya orang yang disuka juga boleh kok dipikirin :). Kalau bagi pria memikirkan wanita juga boleh kok, jangan putus asa apabila doi sinyalnya jelek sama kita hehe. Bila anda ingin tahu tentang apakah wanita butuh pria, cek disini.

Hal Selanjutnya yang bisa dilakukan untuk menghilangkan rasa malas yaitu dengan main game ringan :3

main game ringan di android lumayan hlo....

akan tetapi jangan keterusan.. maksudnya game yang tidak membuat penasaran, kalo game membuat penasaran jatuhnya nanti main terus sampek lupa waktu.

maen game yang ringan-ringan saja, untuk melepas penat dan inget kalo menghilangkan rasa malas jangan terlalu terpacu untuk menjadi no 1, soalnya berat, biar aku saja hehe....

dari artikel bahwa ada salah satu manfaat bermain game bisa melupakan masalah sejenak... termasuk masalah tentang lelahnya diri ini :)...

Dan untuk hal terakhir yang bisa dilakukan dengan menggerak-gerakkan badan.

Tentu dengan bergerak badan jadi enak dan terasa sehat, efeknya mungkin tidak langsung seketika, akan tetapi bisa dalam jangka panjang rasa malas akan lambat laun hilang.